• BU SOEMEINI - Telik Sandi Sragen, Penakluk Serdadu KNIL

             

    Jenis Sejarah
    Nama Budaya BU SOEMEINI - Telik Sandi Sragen, Penakluk Serdadu KNIL
    Tahun Pelaporan 2018
    Lokasi Wilayah Sragen Kota, sekitar PG Mojo
    status Masih lestari
    Pihak Pelestari Pemerintah Kabupaten Sraen
    Pencipta/Tahun Pembuatan 1942-an
    Sudah/Belum ada dokumen tertulis ada
    Penulis
    Bahan
    Dimensi
  • Referensi Isi

    BU SOEMEINI, TELIK SANDI PENAKLUK KNIL

    Bagi para pelintas batas Kabupaten Sragen bagian selatan menuju ke Kabupaten Karanganyar tentu tak asing dengan jalan raya yang satu ini. Jalan Raya Sragen-Batu Jamus, sesuai namanya, menghubungkan antara perempatan Transito di Sragen dan simpang tiga Batu Jamus, Karanganyar. Tanggung jawab pemeliharaan dan pengelolaan jalur sepanjang 12,4 km ini berada di pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
    Nama Jalan Sragen-Batu Jamus baru disematkan pada tahun 2016. Sebelumnya ruas jalan itu bernama Jalan Soemeini. Namun nama Soemeini kadung melekat di hati warga sepanjang jalan itu. Tak sedikit pemilik rumah, toko atau bangunan lainnya masih mempertahankan nama Jalan Soemeini sebagai penunjuk alamat hunian atau properti mereka.
    Toh tak banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya Soemeini. Bahkan banyak yang kini masih bingung menebak Soemeini itu nama wanita ataukah laki-laki.
    Seklumit informasi perihal Soemeini diperoleh penulis dari ketua Yayasan Tentara Pelajar Surakarta, Kangko Bambang Prasetyo saat ditemui beberapa waktu lampau.
    Soemeini adalah seorang perempuan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Sragen. Sepak terjangnya di Sragen merentang dari tahun 1947 (setelah Agresi Militer Belanda I) hingga tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda).
    Selain itu, menurut Kangko, Soemeini berstatus pelajar lulusan MULO Surakarta dan aktif dalam Laskar Wanita Indonesia (LASWI). Ia menjadi legenda karena keberhasilannya ‘menjinakkan’ belasan serdadu lelaki Belanda.
    Sebagai catatan,LASWI resmi dibentuk oleh Arudji Kartawinata di Bandung pada 12 Oktober 1945. Tak berselang lama, di Surakarta lahir Laskar Putri (LPI) Indonesia pada 30 Oktober 1945. LPI melebur dengan LASWI pada Maret 1948. Namun pada bulan Mei 1948, LPI memutuskan kembali keluar dari LASWI dan berdiri sebagai badan kejuangan mandiri.
    Tidak menutup kemungkinan bahwa Soemeini sebenarnya adalah anggota LPI yang berpusat di Surakarta dan akhirnya mengalami proses penggabungan ke LASWI pada 1948. Penulis akan menggunakan istilah LASWI-LPI untuk menyebut laskar perempuan hasil fusi tersebut di kurun waktu Maret-Mei 1948.
    --Data terbaru : buku Riwayat Sekolah Rakyat Perempuan (SRP) Kabupaten Sragen (1993). Terdapat satu nama Soemeni sebagai salah satu lulusan angkatan pertama di tahun 2604 Jepang (1944 M). Masih perlu didalami apakah nama Soemeini dalam buku tersebut adalah sosok yang sama dengan Soemeini sang perempuan pejuang dalam kisah yang akan dituliskan ini.
    Setelah agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Soemeini ditugaskan ke Sragen. Karena masih berstatus pelajar, Soemeini diminta bergabung dalam kesatuan Tentara Pelajar yang ada di Sragen. Saat itu usianya masih belia, sekitar 17 tahun dan diberi pangkat militer prajurit dua.
    Di Sragen, Soemeini diberikan tugas yang tergolong berbahaya. Menjadi telik sandi (mata-mata). Ia harus mengumpulkan informasi tentang kekuatan militer Belanda yang saat itu bermarkas di Pabrik Gula Modjo. Nah, dalam menjalankan tugas sebagai telik sandi inilah, Soemeini memiliki taktik yang unik dan akhirnya melegenda.
    Soemeini menyusun siasat agar dapat memasuki PG Modjo tanpa dicurigai. Berbagai cara penyamaran dan pendekatan dilakukan oleh Soemeini. Ia sengaja menyasar para meneer pabrik gula. Upaya Soemeini berhasil. Seorang pegawai pengawas (sinder) pabrik yang terpikat hatinya kemudian menikahi Soemeini.
    Berkat pernikahan tersebut, akses ke berbagai lokasi di dalam PG Mojo terbuka lebar. Pergaulan Soemeini tak hanya di antara pegawai pabrik namun meluas hingga kalangan serdadu Belanda. Soemeini pun sukses mendulang informasi kekuatan militer Belanda di PG Mojo.
    Berkat Soemeini diketahui bahwa militer Belanda di PG Modjo sebanyak 3 kompi (setara 300 serdadu bersenjata) meliputi prajurit dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan Korps Speciale Troepen (KST). KNIL adalah tentara regular kerajaan Hindia Belanda. Sedangkan KST adalah pasukan khususnya Negara Belanda (kalau di Indonesia: Kopassus, Marinir, Paskhas, dsb )
    Selain itu, berkali-kali rencana pergerakan militer Belanda dibocorkan Soemeini kepada komandan pejuang Republik di Sragen, Mayor Hartadi. Berulang kali pula markas Belanda di PG Modjo mendapat serangan dari para pejuang. Titik kumpul dan pengintaian para pejuang adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula. Di atas lokasi titik kumpul itu sekarang sedang dibangun Sentra Kuliner Sragen, sebelumnya kantor veteran.
    Tugas telik sandi Soemeini paling fenomenal terjadi pada bulan Mei 1949. Soemeini berhasil membujuk satu peleton prajurit KNIL membelot meninggalkan markas PG Modjo dan bergabung dengan pejuang Republik. Para serdadu yang berhasil dibujuk Soemeini adalah prajurit KNIL dari kalangan bumiputera. Mereka membawa serta persenjataan modern dan berbalik melawan militer Belanda.
    Berulang kali pula markas Belanda di PG Modjo mendapat serangan dari para pejuang. Titik kumpul dan pengintaian para pejuang adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula. Di atas lokasi titik kumpul itu sekarang sedang dibangun Sentra Kuliner Sragen, sebelumnya kantor veteran.
    Soemeini mengakhiri tugas sebagai telik sandi di Sragen pada tahun 1950, setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949. Hebatnya selama bertugas, aksi mata-mata Soemeini tak pernah tercium Belanda.
    Tak banyak informasi tentang Soemeini setelahnya. Foto diri dan alamat rumahnya pun tak dapat ditemukan. Termasuk kelanjutan pernikahannya dengan sinder pabrik gula. Kisah Soemeini selanjutnya misterius, sebagaimana aksi telik sandi yang dilakoninya: bergerak dalam senyap. Jejak yang tertinggal adalah ingatan para rekan seperjuangan Soemeini yang mengenang aksi hebat perempuan pemberani itu.
    Demi menghargai jasanya dalam membela kemerdekaan negerinya, Pemerintah Kabupaten Sragen menisbatkan nama Soemeini menjadi ruas jalan yang membentang antara perempatan Transito Sragen ke arah Batujamus.
    Peresemian nama Jalan Soemeini dilakukan oleh Bupati Sragen pada 2004 dan dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit. Sayangnya, nama jalan tersebut kini telah berganti nama menjadi Jalan Raya Sragen-Batujamus di bawah pengelolaan Provinsi Jawa Tengah. Semoga ingatan tentang Bu Soemeini tak lekas menghilang tergilas oleh lembaran masa.

  • Deskripsi

    Komentar *
    Nama *