• Asal Usul Makam Kedono Kedini Jenar

    Jenis Tradisi Lisan
    Nama Budaya Asal Usul Makam Kedono Kedini Jenar
    Tahun Pelaporan 2020
    Lokasi Lokasi
    status Lestari
    Pihak Pelestari Masyarakat
    Pencipta/Tahun Pembuatan Anonim
    Sudah/Belum ada dokumen tertulis Ada
    Penulis
    Bahan
    Dimensi
  • Referensi Isi

    Asal Usul Makam Kedono Kedini Jenar
    Jenar adalah salah satu daerah di timur laut dari Kabupaten Sragen. Di sebelah timur erbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan. Terkenal dengan hutan jati yang luasnya ratusan hektar. Kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani dan pedagang hasil hutan. Namun, di balik itu, Jenar juga memiliki beberapa cerita rakyat yang kini masih cukup dikenal. Salah satunya adalah Kedono Kedini.
    Jika kita pergi ke Jenar, di kanan dan kiri jalan akan didapati rerimbunan hutan jati milik Perhutani. Saat tiba di jalan penghubung antara Jenar dengan Banyuurip, terdapat pohon bulu yang sangat rimbun dan tinggi sekali. Daunnya sangat lebat. Tepat di bawah pohon itu terdapat cungkup atau kayu jati sebagai nisan makam seseorang. Cungkup itu selalu dipenuhi oleh pundung atau rumah rayap. Rayap itu seakan-akan menjadi penjaga dua cungkup makam itu. Begitu istimewanya cungkup itu hingga masyarakat sekitar masih setia menjaganya. Dua cungkup itu adalah Kedono dan Kedini.
    Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang kembar dampit alias sepasang laki-laki dan perempuan. Namanya Kedono dan Kedini. Namanya saja anak kembar tentu keduanya sangat akrab. Kedekatannya itu menumbuhkan semangat untuk saling melayani, membantu, dan melindungi. Karena itulah, dimana ada Kedono di situ pasti ada Kedini. Namanya saja anak-anak, sehari-hari keduanya menghabiskan waktu dengan bermain. Keduanya sangat gemar bermain air dan berpetualang. Maka, keduanya sering terlihat di sungai, sawah, hingga hutan belantara yang masih asli.
    Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Kembar dampit itu pun tumbuh menjadi remaja yang elok parasanya. Kedono sangat tampan. Sebaliknya, Kedini juga sangat cantik parasnya. Pasangan kembar yang sangat memukau setiap orang yang memandangnya. Benar-benar pasangan serasi yang nyaris tanpa cela.
    Pada suatu pagi yang cerah, saat kembar dampit ini sedang bermain di tepi sungai, Kedono melihat keanehan pada diri Kedini. Ada yang aneh pada perut saudara kembarnya itu. Dari kejauhan terlihat perut Andini bergerak-gerak. Gerakan-gerakan di perut Kedini menimbulkan kecurigaan yang sangat bagi Kedono. Gerakan perut Kedini sangat mirip dengan perempuan hamil. Lalu, siapa yang telah menghamili saudara kembarnya itu?
    Pikiran Kedono makin penasaran. Terlebih Kedini seakan cuek dan tidak begitu mempedulikan kecurigaan yang diperlihatkan Kedono. Kedini tetap asyik bermain seperti tidak terjadi apa-apa. Bermain wajar seperti hari-hari biasa. Jelas ini makin memancing kecurigaan Kedono. Saudara kembarnya telah hamil dan Kedini tidak merasa bersalah. Maka, saat Kedini lengah, Kedono mengambil batu besar. Kedono gelap mata. Ditimpuknya kepala Kedini dengan batu besar itu hingga saudara kembarnya itu meninggal di tempat.
    Kedono terpaku memandang jasad saudara kembarnya itu. Jasad perempuan yang menjadi saudara kembarnya. Perempuan cantik yang sangat dicintainya. Tak disangka saudara kembarnya itu malah mengkhianatinya. Hati siapa yang tidak terbakar. Begitulah kira-kira pikiran Kedono. Beberapa saat Kedono masih duduk termenung sambil memandangi jasad Kedini yang berlumuran darah.
    Tiba-tiba, perut Kedini bergerak-gerak. Persis seperti sebelum meninggal. Lalu, terlihat seekor kepiting keluar dari jarik atau kain kembennya. Kepiting itu berjalan menjauh dari jasad Kedini. Kembali ke sungai yang menjadi habitatnya. Mata Kedono terbelalak. Serasa talk percaya menyaksikan semuanya terjadi di depan matanya. Betapa sedih dan menyesalnya Kedono. Ternyata, perut Kedini yang bergerak-gerak itu bukan karena hamil, melainkan ada seekor kepiting yang sedang disembunyikan di perutnya.
    Kedono menangis sejadi-jadinya. Jasad Kedini dipeluknya erat-erat. Air mata mengalir bak hujan deras. Meraung-raung suara tangisan Kedono hingga membuat bulu bergidik. Penyesalahannya tiada terperi. Maka, akhirnya Kedono mengambil sebilah pisau yang biasa digunakan untuk mengelupas buah untuk Kedini. Pisau tajam itu dihujamkan tepat ke ulu hati Kedono. Ya, Kedono bunuh diri menyusul saudara kembarnya Kedini.
    Jasad sepasang remaja itu tergeletak begitu saja di tanah. Di bawah pohon bulu yang rimbun. Sepasang remaja yang begitu tampan dan cantik kini membujur kaku. Tanpa nyawa. Keduanya bersimbah darah. Semut mulai mengerubungi. Lalat mulai terlihat hinggap di sana-sini. Bau amis menyengat hidung. Dan itu sangat berbahaya karena bisa mengundang binatang buas untuk memangsanya.
    Jalan itu merupakan jalan tembus yang menghubungkan beberapa daerah. Jalan sepi dari lalu lalang manusia, tetapi riuh oleh nyanyian burung-burung liar. Karena hanya ada satu jalan tembus, tentu warga melewati jalan itu untuk bepergian. Termasuk Mbok Bumbon, seorang pedagang bumbu masak di pasar Banyuurip, yang siang itu hendak pulang ke rumahnya di Jenar. Mbok Bumbon yang berjualan bumbu-bumbu dapur rutin berangkat dan pulang melewati jalan itu.

    (Bangun Rahino, Suyadi, Wiji Lestari )

  • Deskripsi

    Komentar *
    Nama *
    I
    Ihsan Maulana Prabowo
    2023-09-01 13:32:28
    Bagaimana kedono Dan kedini bisa menikah?